Empati Mendalam ACT dan Masyarakat Indonesia bagi Keluarga Prajurit KRI Nanggala 402

JAKARTA SELATAN, —Lensa Publik.Com,- Tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402 merupakan duka bagi bangsa Indonesia. Bangsa ini telah kehilangan prajurit terbaik yang menjaga keutuhan negara dalam senyap, dengan tanpa lelah, hingga akhir hayat.

Sebagai penjaga keutuhan bangsa dari ancaman musuh, semua prajurit di dalamnya adalah orang-orang terpilih. Gugurnya para prajurit di medan tugas adalah kemuliaan bagi mereka. Banyaknya doa dan besarnya perhatian elemen bangsa bagi prajurit yang gugur, mengisyaratkan hal itu sebagai rasa bangga atas perjuangan yang telah dilakukan.

Menurut Anggota Dewan Pembina ACT sekaligus Senior Vice President Global Islamic Philanthropy (GIP) N. Imam Akbari, prajurit yang gugur adalah para patriot. Mereka rela meninggalkan keluarga demi tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Prinsip yang dipegang sangatlah teguh. Di mana arsip lawas memperlihatkan hal tersebut.

“Sebagai penjaga keutuhan bangsa, mereka insyaallah syahid. Karena gugur saat menjalankan tugas menjaga kedaulatan NKRI, mereka adalah pahlawan dan patriot bangsa,” kata N. Imam Akbari, Senin (26/4/2021).

Imam mengungkapkan, ACT turut berbelasungkawa atas musibah yang menimpa KRI Nanggala 402 beserta para prajurit di dalamnya. “Juga bagi keluarga para prajurit khususnya, dan keluarga besar TNI Angkatan Laut pada umumnya, semoga Allah memberikan kekuatan dan ketabahan,” ungkapnya.

Sebagai bentuk dukungan kemanusiaan, ACT segera memberikan bantuan biaya hidup, tali asih, dan bantuan pendidikan bagi anak-anak yatim para prajurit. Selain itu, ACT juga memberikan bantuan pangan berupa Beras Wakaf dan Air Minum Wakaf yang hari ini telah sampai di 53 rumah prajurit. Ini merupakan bentuk gotong royong berbagai elemen bangsa dalam meringankan beban keluarga para prajurit yang gugur.

“Ini untuk meringankan beban keluarga yang ditinggalkan oleh putra-putra terbaik TNI, saudara sebangsa yang berjuang menjaga kedaulatan negeri ini. Mudah-mudahan ini menjadi bagian dari semangat bersama di tengah pandemi yang masih merajalela. Kita buktikan bahwa kita peduli dengan sesama anak bangsa,” jelas Imam.

Imam melanjutkan, para patriot yang gugur selain sebagai prajurit, juga sebagai kepala keluarga. Mereka meninggalkan istri, anak, dan keluarga di rumah. Sehingga wajar jika bencana ini disebut sebagai bencana kemanusiaan. Sehingga perlu menjadi perhatian semua elemen bangsa.

“Meski ini bukanlah bencana alam yang masif, tetapi harga satu nyawa itu sangatlah berharga. Di mana hilangnya satu nyawa setara dengan hilangnya seribu nyawa. Jadi jangan menganggap bencana ini kecil, karena kita kehilangan patriot bangsa, juga kehilangan kepala keluarga, dan kehilangan ribuan nyawa,” pungkasnya.

(Dini Lensa Publik)